SEMARANG – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memprediksi sebagian besar wilayah Jawa Tengah akan memasuki awal musim kemarau pada Mei 2025. Musim kemarau di provinsi ini diperkirakan berlangsung selama 4-5 bulan.
Kepala Stasiun Klimatologi Jawa Tengah, Goeroeh Tjiptanto, dalam konferensi pers daring pada Rabu (26/3/2025), menyampaikan bahwa 52 persen wilayah Jateng akan mengalami awal musim kemarau pada Mei 2025. Sementara itu, sebanyak 20 persen wilayah diprediksi memasuki kemarau pada April, dan 28 persen lainnya pada Juni.
“Awal musim kemarau 2025 diperkirakan terjadi pada Mei. Namun, beberapa wilayah akan lebih dulu mengalami kemarau pada dasarian pertama April, seperti Kepulauan Karimunjawa, diikuti Pekalongan, Kota Pekalongan, Rembang, Blora Utara, serta Pati Selatan dan Utara,” jelasnya.
Kemarau Cenderung Normal, Puncak Diprediksi Agustus
Goeroeh menjelaskan bahwa kondisi iklim di Jawa Tengah pada 2025 cenderung normal dan tidak dipengaruhi secara signifikan oleh fenomena La Niña maupun El Niño. Musim kemarau diperkirakan akan lebih dulu melanda wilayah pantai utara (pantura), kemudian diikuti oleh wilayah tengah dan selatan.
Wilayah yang mengalami awal kemarau lebih lambat, seperti sebagian Cilacap, Banyumas, Wonosobo, Banjarnegara, Purbalingga bagian barat, dan Kebumen bagian utara, diprediksi baru memasuki musim kemarau pada akhir Juni 2025.
“Kemarau ini biasanya dimulai dari wilayah pantai utara karena pengaruh angin monsun Australia yang membawa udara kering. Pasokan uap air dari laut lebih banyak membasahi wilayah selatan, sementara daerah pegunungan di utara cenderung lebih kering,” paparnya.
Puncak musim kemarau di Jateng diperkirakan terjadi pada Agustus 2025. Namun, beberapa daerah seperti Kota Salatiga, Banyumas, Cilacap, Pemalang, Magelang, Blora, Wonogiri, Purworejo, Boyolali, Tegal, Semarang, Rembang, Pati, Grobogan, Kebumen, Banjarnegara, dan Purbalingga diperkirakan mengalami puncak kemarau lebih awal, yakni pada Juli 2025. Sementara itu, wilayah Jepara bagian utara dan Pati diprediksi mengalami puncak kemarau pada September 2025.
Adapun durasi musim kemarau di Jateng diperkirakan berlangsung selama 4-5 bulan, dengan beberapa wilayah mengalami kemarau lebih panjang, mencapai 6-7 bulan. Wilayah yang diprediksi mengalami kemarau terpanjang antara 19-21 dasarian meliputi Kabupaten Demak, Jepara, Kudus, Pati, dan Rembang, serta sebagian wilayah Brebes, Tegal, Pemalang, Kendal, Kota Semarang, dan Blora.
Antisipasi Dampak Kemarau
BMKG merekomendasikan penyesuaian jadwal tanam bagi daerah yang mengalami kemarau lebih awal. Petani diimbau untuk memilih varietas tanaman yang tahan kekeringan serta mengoptimalkan pengelolaan air guna menghadapi musim kemarau yang cukup panjang.
Di sektor kebencanaan, BMKG juga mengingatkan potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah rawan kebakaran, terutama daerah dengan curah hujan di bawah normal. Selain itu, pengelolaan pasokan air perlu dilakukan secara efisien untuk memastikan ketersediaan air minum, operasional Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), serta keperluan irigasi pertanian. (Red)