Sejarah Kolam Pemandian Kalitaman Salatiga: Saksi Bisu Diskriminasi Rasial Era Kolonial

Minggu, 16 Februari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

SALATIGA-Kolam Pemandian Kalitaman, yang terletak di Salatiga, Jawa Tengah, adalah salah satu tempat bersejarah yang memiliki nilai budaya dan sosial yang tinggi. Sejak didirikan pada masa kolonial Belanda, kolam ini telah mengalami berbagai perubahan dan menjadi saksi bisu perubahan zaman, dari masa penjajahan hingga Indonesia merdeka.

Pendirian Kolam Pemandian Kalitaman

Kolam Pemandian Kalitaman didirikan pada tahun 1928 oleh Pemerintah Kolonial Belanda. Kolam ini dibangun untuk memenuhi kebutuhan rekreasi dan kesehatan bagi masyarakat Belanda yang tinggal di Salatiga pada waktu itu. Di masa itu, Salatiga dikenal sebagai kota yang sejuk dan nyaman, sehingga tempat ini menjadi destinasi pemandian yang eksklusif.

Dikenal dengan nama “Badplaats Kalitaman” pada masa kolonial, pemandian ini dibangun dengan memanfaatkan sumber air alami dari mata air yang ada di sekitar lokasi. Air yang jernih dan sejuk membuat Kalitaman menjadi tempat favorit bagi para pejabat Belanda, militer, dan masyarakat Eropa lainnya yang tinggal di Indonesia. Kolam ini juga menjadi simbol status sosial bagi kalangan atas pada waktu itu.

Diskriminasi Rasial di Era Kolonial

Salah satu aspek yang mencolok dari sejarah Kolam Pemandian Kalitaman adalah adanya kebijakan diskriminatif yang berlaku selama masa kolonial Belanda. Pada masa itu, hanya orang Eropa yang diizinkan untuk menikmati fasilitas kolam pemandian ini. Pribumi Indonesia, meskipun mereka adalah pemilik tanah dan sumber daya alam tempat kolam tersebut dibangun, dilarang keras untuk masuk ke dalam kolam. Lebih dari itu, bahkan anjing-anjing pribumi yang biasa dipelihara sebagai hewan peliharaan juga tidak diperbolehkan masuk.

Baca Juga:  Rekor Baru Bitcoin: Imbas dari Pelantikan Donald Trump?

Kebijakan ini mencerminkan sistem apartheid yang diterapkan oleh pemerintah kolonial Belanda, di mana masyarakat pribumi diperlakukan secara tidak setara dan ditempatkan pada posisi yang sangat rendah dalam struktur sosial. Kalitaman, meski menjadi tempat rekreasi yang sangat menyegarkan, juga menjadi simbol dari ketidakadilan rasial yang terjadi pada masa itu.

Perubahan Setelah Kemerdekaan

Setelah Indonesia merdeka pada tahun 1945, Kalitaman mengalami perubahan besar, terutama terkait dengan aksesibilitas kolam tersebut. Pada tahun 1948, Kolam Pemandian Kalitaman menjadi tuan rumah dalam Kompetisi Renang PON I (Pekan Olahraga Nasional I) yang pertama kali diselenggarakan di Indonesia. Acara tersebut menandai perubahan besar bagi kolam ini, yang mulai terbuka untuk masyarakat umum, termasuk pribumi, tanpa diskriminasi rasial.

Seiring berjalannya waktu, kolam ini mulai mengalami renovasi dan modernisasi. Kalitaman kini tidak hanya menjadi tempat rekreasi bagi masyarakat Salatiga, tetapi juga menjadi destinasi wisata bagi banyak pengunjung dari luar kota. Dengan berbagai fasilitas yang lebih lengkap, seperti tempat duduk di tepi kolam, gazebo, mushola, kantin, kamar mandi bilas, dan taman, Kolam Pemandian Kalitaman kini menjadi simbol perubahan sosial yang signifikan di Salatiga.

Kolam Pemandian Kalitaman Masa Kini

Saat ini, Kolam Pemandian Kalitaman telah berkembang menjadi salah satu objek wisata yang ramai dikunjungi oleh wisatawan. Tempat ini menawarkan suasana yang tenang dengan udara sejuk khas Salatiga. Kolam ini juga dikenal dengan air alami yang jernih dan menyegarkan, yang berasal dari mata air yang ada di kawasan tersebut. Selain itu, pemandangan alam sekitar yang indah menjadikan Kalitaman sebagai tempat yang ideal untuk relaksasi.

Baca Juga:  Transformasi Nusakambangan: Dari Pulau Penjara Menjadi Lumbung Pangan Nasional

Selain fasilitas kolam renang, di sekitar kawasan ini juga terdapat berbagai fasilitas penunjang lainnya, seperti tempat makan, parkir yang luas, serta ruang ibadah. Kalitaman terus berupaya untuk menjaga keberlanjutan alam dan kebudayaan lokal dengan tetap mempertahankan nilai-nilai sejarahnya.

Kolam Pemandian Kalitaman Salatiga memiliki perjalanan panjang dari masa kolonial Belanda hingga menjadi tempat wisata yang inklusif bagi semua kalangan. Dari tempat yang eksklusif bagi warga Belanda hingga menjadi destinasi rekreasi yang terbuka bagi masyarakat Indonesia, Kalitaman mencerminkan perubahan sosial dan budaya yang terjadi di Indonesia. Fakta bahwa pada masa kolonial, pribumi dan anjing dilarang masuk ke kolam ini, memberikan gambaran nyata tentang ketidakadilan rasial yang terjadi pada saat itu, namun kini Kolam Pemandian Kalitaman berdiri sebagai simbol keberagaman dan penerimaan untuk semua orang.

Sebagai salah satu situs bersejarah yang masih bertahan hingga kini, Kolam Pemandian Kalitaman bukan hanya menawarkan kenangan masa lalu, tetapi juga harapan akan masa depan yang lebih adil dan inklusif bagi seluruh masyarakat Indonesia. (Guruh Cahyono)

Referensi:

  1. “Kolam Renang Kalitaman: Sejarah dan Perkembangannya,” Travel Kompas.
  2. “Kolam Renang Kalitaman, Sejarah dan Fasilitas,” Tourism Salatiga.
  3. “Badplaats Kalitaman: Pemandian Bersejarah di Salatiga,” Salatiga City Tourism.

Berita Terkait

Komisi C DPRD Salatiga Rekomendasikan Penutupan Permanen Galian C di JLS
Tabrakan di Jalan Diponegoro Rabu Malam, Sepeda Motor Terbakar Setelah Hantam Truk
Penutupan TMMD Sengkuyung Tahap I 2025 di Pulutan Sidorejo, Wujud Sinergi TNI dan Masyarakat
Wali Kota Robby Hernawan Gunakan Mobil Pribadi untuk Operasional, Tak Mau Bebani APBD
Angkringan Pawon Joglo Sitalang Resmi Dibuka, Sajikan Kuliner Tradisional Menggugah Selera
IWAPI Salatiga Bagikan Takjil di Beberapa Titik, Wujud Aksi Sosial di Bulan Ramadhan
Kolaborasi Ketua TP PKK dan Wawali Salatiga, Luncurkan PKK Mart Sekar Bersemi
Profil Kapolres Salatiga yang Baru, AKBP Veronica, Lulusan Akpol 2005

Berita Terkait

Jumat, 21 Maret 2025 - 00:26

Komisi C DPRD Salatiga Rekomendasikan Penutupan Permanen Galian C di JLS

Kamis, 20 Maret 2025 - 12:12

Tabrakan di Jalan Diponegoro Rabu Malam, Sepeda Motor Terbakar Setelah Hantam Truk

Kamis, 20 Maret 2025 - 11:32

Penutupan TMMD Sengkuyung Tahap I 2025 di Pulutan Sidorejo, Wujud Sinergi TNI dan Masyarakat

Rabu, 19 Maret 2025 - 19:59

Wali Kota Robby Hernawan Gunakan Mobil Pribadi untuk Operasional, Tak Mau Bebani APBD

Rabu, 19 Maret 2025 - 16:33

Angkringan Pawon Joglo Sitalang Resmi Dibuka, Sajikan Kuliner Tradisional Menggugah Selera

Rabu, 19 Maret 2025 - 16:20

IWAPI Salatiga Bagikan Takjil di Beberapa Titik, Wujud Aksi Sosial di Bulan Ramadhan

Rabu, 19 Maret 2025 - 16:07

Kolaborasi Ketua TP PKK dan Wawali Salatiga, Luncurkan PKK Mart Sekar Bersemi

Rabu, 19 Maret 2025 - 13:44

Profil Kapolres Salatiga yang Baru, AKBP Veronica, Lulusan Akpol 2005

Berita Terbaru