Ambarawa – Di tengah kebijakan efisiensi anggaran, Kementerian Agama Kabupaten Semarang tetap berkomitmen memberikan pembinaan rohani bagi Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) Lapas Kelas IIA Ambarawa. Kegiatan ceramah rutin yang digelar setiap Rabu menghadirkan Penyuluh Agama Islam, Ustadzah Hj. Ana Kholifatus Sa’diyah dan Ustadzah Hj. Min Zulfa.
Dalam salah satu ceramahnya, Hj. Ana Kholifatus Sa’diyah menyampaikan bahwa ada empat hal yang dirindukan surga, yakni orang yang membaca Al-Qur’an, orang yang menjaga lisan, orang yang memberi makan kepada yang lapar, dan orang yang berpuasa di bulan Ramadhan.
“Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas, tetapi juga menjadi sarana refleksi diri bagi para WBP. Kami berharap mereka dapat mengambil hikmah dan menjadikan pembinaan ini sebagai jalan perubahan menuju kehidupan yang lebih baik,” ujar Hj. Ana Kholifatus Sa’diyah.
Kegiatan ceramah diawali dengan lantunan shalawat nabi yang diiringi oleh grup rebana Syabila Anjani, binaan Lapas Ambarawa. Suasana Ramadhan di dalam lapas pun terasa lebih khusyuk dengan berbagai program pembinaan kepribadian bagi para WBP.
Beragam kegiatan dilakukan, di antaranya dzikir Asmaul Husna dan syi’ir Tanpo Wathon yang dilanjutkan dengan program baca tulis Al-Qur’an. Para WBP juga mengikuti shalat Dhuha berjamaah, pembacaan mahfudzat (kata-kata mutiara Islami), serta program “Dari Kita Untuk Kita” yang melatih mereka untuk menyampaikan ceramah di depan umum.
Tak hanya itu, kajian kitab Safinatun Najah, Sulam Taufik, Arbain Nawawi, serta kajian ilmu tajwid juga menjadi bagian dari pembinaan. Program One Day One Juz pun digiatkan, diikuti oleh 90 WBP sehingga dalam sehari Al-Qur’an dikhatamkan hingga tiga kali di Masjid Darut Ta’ibin Lapas Ambarawa.
Sebagai bentuk penguatan ibadah, seluruh WBP muslim diwajibkan menjalankan shalat Dzuhur dan Magrib berjamaah di kamar hunian masing-masing. Kedisiplinan dalam ibadah ini menjadi salah satu indikator dalam Sistem Penilaian Pembinaan Narapidana (SPPN) yang menentukan kelayakan program integrasi dan remisi.
Kepala Lapas Kelas IIA Ambarawa, Subakdo Wulandoro, menegaskan bahwa pembinaan ini bertujuan untuk membentuk kebiasaan positif yang akhirnya menjadi kebutuhan spiritual bagi para WBP.
“Dari keterpaksaan, menjadi kebiasaan, lalu meningkat menjadi kebutuhan. Harapannya, ini akan membawa revolusi mental dan perubahan perilaku bagi WBP Lapas Ambarawa,” ungkapnya.
Dengan berbagai program ini, Lapas Ambarawa tak hanya menjadi tempat menjalani hukuman, tetapi juga ruang bagi para WBP untuk memperbaiki diri dan kembali ke masyarakat dengan pribadi yang lebih baik. (Guruh Cahyono)