Salatiga – Malam Ramadan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salatiga terasa berbeda. Di balik jeruji besi, para Warga Binaan Pemasyarakatan (WBP) tetap menjalankan ibadah dengan penuh kekhusyukan. Mereka berbondong-bondong menuju musala, menata saf, lalu melantunkan takbir sebelum menunaikan salat Isya dan tarawih berjamaah.
Bagi mereka, Ramadan bukan sekadar bulan penuh berkah, tetapi juga menjadi momen refleksi dan memperbaiki diri. Kepala Rutan Salatiga, Redy Agian, menyampaikan pesan menyentuh sebelum salat dimulai.
“Bulan Ramadan ini adalah perjalanan menuju keindahan jiwa. Setiap detiknya bernilai ibadah. Mari kita manfaatkan kesempatan ini untuk memperbanyak amal, berbuat baik, dan mendekatkan diri kepada Allah,” ujarnya, Rabu (12/03/2025) malam.
Bagi sebagian besar warga binaan, Ramadan kali ini menjadi kesempatan untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan, meresapi makna kesabaran, serta menata kembali hidup yang sempat tersesat.
“Jangan terus menyesali kesalahan. Perbaikilah diri, awali dengan salat yang disiplin dan tertib. Insyaallah, jalan terang menuju kebaikan akan terbuka lebar,” lanjut Redy Agian dengan penuh harapan.
Selain menunaikan salat, warga binaan juga dianjurkan untuk memperbanyak sholawat dan membaca Al-Qur’an. Ramadan bagi mereka bukan sekadar rutinitas, melainkan momentum perubahan.
“Jadikan bulan penuh ampunan ini untuk introspeksi diri. Bersyukurlah, perbanyak membaca dan memahami Al-Qur’an, serta mohonlah ampunan kepada Allah,” tambahnya.
Di balik pagar tinggi Rutan Salatiga, ketulusan doa dan lantunan ayat suci menjadi saksi bahwa setiap manusia berhak mendapatkan kesempatan kedua. Di bulan suci ini, mereka tak sekadar menunggu kebebasan, tetapi juga berusaha membebaskan hati dan jiwa mereka dari beban masa lalu. (Guruh Cahyono)