Salatiga – Rumah Tahanan Negara (Rutan) Salatiga menggelar kegiatan khataman Al-Qur’an dan dzikir bersama dalam rangka program “Ngaos Al-Qur’an,” sebuah inovasi ibadah selama bulan suci Ramadan.
Kepala Rutan Salatiga, Redy Agian, menyampaikan bahwa selama Ramadan, pihaknya menyelenggarakan berbagai kegiatan keagamaan, salah satunya Ngaos Al-Qur’an.
“Alhamdulillah, hari ini kami berhasil menyelesaikan khataman Al-Qur’an sebanyak tiga kali bersama warga binaan dan petugas,” ujar Redy Agian, Selasa (4/3).
Menurutnya, program ini bertujuan untuk membekali para warga binaan agar mampu membaca dan menghafal Al-Qur’an dengan metode Ngaos. Ia berharap kegiatan ini dapat memberikan manfaat bagi mereka, baik selama menjalani masa tahanan maupun setelah bebas.
“Ramadan adalah bulan penuh berkah. Kami ingin program ini menjadi pengingat bagi mereka untuk menjalani hidup lebih baik. Dengan landasan keimanan yang kuat, diharapkan dapat mengurangi risiko pengulangan tindak pidana,” tambahnya.
Kasubsi Pelayanan Tahanan sekaligus Koordinator Kegiatan Ramadan, Ruwiyanto, menambahkan bahwa selain khataman, kegiatan ini juga diisi dengan dzikir dan sholawat bersama sebagai bentuk peningkatan keimanan dan ketakwaan.
“Selama Ramadan, kami mengadakan berbagai kegiatan seperti salat Tarawih dan tadarus. Untuk program Ngaos Al-Qur’an kali ini, sebanyak 110 warga binaan ikut serta,” jelasnya.
Program Ngaos Al-Qur’an ini dipandu langsung oleh Ustadz Nahrawi Parjono, yang juga bertugas sebagai pembina keagamaan di Rutan Salatiga.
Salah satu warga binaan, Nurkamim (40), mengaku terharu bisa mengikuti program ini.
“Tentu ada rasa sedih menjalani Ramadan di Rutan. Namun, dengan adanya program Ngaos Al-Qur’an dan khataman bersama, kami merasa lebih kuat dan termotivasi untuk menjadi pribadi yang lebih taat,” ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa program pembinaan ini membuat dirinya lebih tenang dalam menjalani ibadah.
“Saya sudah bisa membaca Al-Qur’an, tetapi di sini saya jadi lebih lancar dan lebih memahami maknanya. Harapan kami, pembelajaran agama ini bisa menjadikan kami lebih istiqomah dan menemukan ketenangan hati,” tuturnya.
Transformasi pembinaan di Rutan Salatiga ini selaras dengan program Akselerasi Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia, Agus Andrianto, serta arahan Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Mashudi. Program ini diharapkan mampu membentuk warga binaan menjadi pribadi yang lebih baik setelah bebas. (Guruh Cahyono)