Salatiga – Aroma rempah yang menggoda selera akan semakin semarak di Salatiga dengan hadirnya Pawon Joglo, destinasi kuliner berkonsep tradisional yang siap membawa lidah para pecinta makanan Nusantara bertualang dalam kekayaan rasa khas Jawa. Resmi dibuka pada Rabu, 19 Maret 2025, di Jl. Gubug Agung No. 17, Sitalang, Kauman Kidul, tempat ini menjadi perwujudan nyata kecintaan terhadap kuliner warisan leluhur.
Ketua Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Salatiga, Hj. Sri Wahyuni, SE., MH., menjadi salah satu sosok penting dalam pendirian Pawon Joglo. Ia menegaskan bahwa keberadaan tempat ini bukan sekadar bisnis, melainkan bagian dari upaya menjaga tradisi dan mengenalkan kembali cita rasa autentik kepada generasi muda.
“Kuliner Nusantara adalah warisan tak ternilai yang harus kita lestarikan. Pawon Joglo hadir bukan hanya untuk menyajikan makanan, tetapi juga menghidupkan kembali filosofi dalam setiap sajian,” ujarnya penuh semangat.
Pawon Joglo lahir dari tangan kreatif Yhusevhan Widiatmoko (Kriwakz), seorang penggagas yang ingin menghadirkan pengalaman bersantap yang lebih dari sekadar makan—sebuah perayaan budaya di setiap gigitan. Dengan bangunan joglo klasik, sentuhan ornamen kayu yang elegan, serta suasana yang membawa nostalgia ke dapur nenek moyang, tempat ini menawarkan lebih dari sekadar hidangan, melainkan perjalanan rasa yang menggugah kenangan.
“Kami ingin orang-orang datang ke sini bukan hanya untuk kenyang, tapi juga untuk merasakan kehangatan, kearifan, dan kebersamaan yang terkandung dalam kuliner Jawa,” ungkapnya.
Dari gudeg manis yang berpadu dengan krecek pedas, hingga rawon dengan kuah hitam pekat nan gurih, setiap menu yang disajikan di Pawon Joglo diolah dengan resep turun-temurun, menjanjikan pengalaman gastronomi yang tak terlupakan.
Dengan hadirnya Pawon Joglo, Salatiga semakin memperkaya pesona kulinernya. Destinasi ini bukan hanya menjadi tempat makan, tetapi juga ruang untuk menyelami jejak sejarah dalam setiap suapan. Jadi, siapkah Anda menikmati sajian kuliner Salatiga yang bukan hanya menggoyang lidah, tetapi juga menggugah jiwa?
Laporan : Indra Widiyatmiko
Editor : Guruh Cahyono