Petani Ngablak Sasar Pasar Premium dengan Budidaya Bit Merah

Jumat, 11 April 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

MAGELANG – Petani di Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, mulai membudidayakan bit merah untuk menyasar pasar kelas menengah dan modern seperti supermarket. Komoditas ini dinilai lebih menguntungkan dibanding tanaman hortikultura konvensional.

Ketua Kelompok Tani Mutiara Organik, Eko Manunggal, mengatakan budidaya bit merah menawarkan perawatan yang relatif mudah dan harga jual yang lebih stabil. “Harga bit merah di pasaran online saat ini berkisar Rp6.000 hingga Rp12.000 per kilogram,” ujarnya saat ditemui di Dusun Kenteng, Desa Sumberejo, Rabu (9/4/2025).

Menurut Eko, harga sayuran konvensional seperti kubis dan sawi cenderung fluktuatif dan sulit masuk pasar modern. Untuk menyiasati hal itu, kelompoknya yang beranggotakan sekitar 20 orang beralih menanam sayuran nonlokal seperti bit merah, bayam Jepang (horenso), lettuce romaine, dan kale.

Hasil panen mereka dipasok ke perusahaan distribusi supermarket di Malang dan Surabaya, bahkan menjangkau pasar Sumatera. “Kami menyasar segmen produk premium yang bukan untuk pasar massal. Harganya juga lebih tinggi,” ungkapnya.

Baca Juga:  Anggaran Terbatas, Pemkab Temanggung Fokus Tambal Jalan Rusak Jelang Arus Mudik

Saat ini, harga bit merah di tingkat petani mencapai Rp5.000 per kilogram, tergantung kualitas. Selain lebih cepat dipanen—bit merah hanya membutuhkan 50 hari—sayuran nonlokal juga lebih cepat menghasilkan dibanding tanaman seperti kubis atau cabai.

“Tanaman daun umumnya panen lebih singkat, jadi perputaran produksi bisa dua sampai tiga kali lebih cepat,” kata Eko.

Kelompok Tani Mutiara Organik rata-rata mengirim 200 kilogram sayuran segar setiap hari. Sayuran dipanen pagi dan langsung dikirim malam harinya menggunakan angkutan bus malam atau travel, demi menjaga kesegaran.

Mereka juga menerapkan sistem pertanian plasma untuk menjaga kualitas dan kontinuitas panen. Petani anggota diwajibkan mengikuti pola tanam seragam dan terjadwal agar panen bisa berlangsung bergiliran setiap hari.

Supermarket menetapkan standar kualitas yang ketat. Misalnya, bit merah ideal berisi empat buah per kilogram, sedangkan horenso grade A memiliki tinggi 35–40 cm dengan daun bersih dari bercak dan kerusakan.

Baca Juga:  Tim Gabungan Evakuasi Pendaki Cedera di Gunung Sindoro

Sayuran yang tidak lolos standar supermarket tetap diserap pasar, baik ke home industry maupun pasar modern. “Semua hasil panen tetap terserap, baik grade A, B, maupun C,” jelas Eko.

Kepala Desa Sumberejo, Subandi, menambahkan bahwa bit merah juga dikembangkan menjadi produk olahan teh celup. Bekerja sama dengan Tim Pengabdian Masyarakat Fakultas Pertanian dan Bisnis UKSW Salatiga, produk teh celup berlabel “Bieten Tea” kini diproduksi oleh BUMDes.

Namun, pemasaran teh celup masih menjadi tantangan. “Produksi dan peralatan sudah siap, tapi pasar masih terbatas karena masyarakat belum familiar dengan olahan bit merah,” kata Subandi.

Ia berharap pemerintah dapat membantu memperluas jaringan pemasaran bit merah agar potensi komoditas ini dapat berkembang maksimal. “Budidaya bit merah di desa kami masih sangat potensial,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tim Gabungan Evakuasi Pendaki Cedera di Gunung Sindoro
Anggaran Terbatas, Pemkab Temanggung Fokus Tambal Jalan Rusak Jelang Arus Mudik
Polsek Muntilan Hadirkan Layanan Satu Atap untuk Tingkatkan Kenyamanan Masyarakat

Berita Terkait

Jumat, 11 April 2025 - 05:49

Petani Ngablak Sasar Pasar Premium dengan Budidaya Bit Merah

Senin, 7 April 2025 - 05:58

Tim Gabungan Evakuasi Pendaki Cedera di Gunung Sindoro

Selasa, 11 Maret 2025 - 19:04

Anggaran Terbatas, Pemkab Temanggung Fokus Tambal Jalan Rusak Jelang Arus Mudik

Selasa, 4 Maret 2025 - 15:19

Polsek Muntilan Hadirkan Layanan Satu Atap untuk Tingkatkan Kenyamanan Masyarakat

Berita Terbaru

error: Content is protected !!