SALATIGA–Tugu Beatrix merupakan sebuah bangunan berupa tugu peringatan yang dibangun sekitar abad ke-20 di Salatiga. Tugu ini berada di sekitar kawasan Tamansari, Kota Salatiga (sekarang halaman depan Mal Ramayana Salatiga).
Tugu tersebut dibangun untuk memperingati kelahiran Putri Beatrix pada 31 Januari 1938. Pembukaan tugu ini dilakukan secara meriah dengan upacara peresmian serta ditandai suara dentuman meriam. Setelah itu, acara dilanjutkan dengan pesta di Gedung Societeit Harmoni yang kini menjadi Gedung Pertemuan Daerah (GPD).

Beatrix Wilhelmina Armgard, yang lahir pada 31 Januari 1938 di Istana Soestdijk (Baarn, Belanda) merupakan putri sulung dari Juliana Louise Emma Marie Wilhelmina dan Bernhard dari Lippe-Biesterfeld, serta cucu dari Ratu Wilhelmina.
Beatrix di waktu kemudian diangkat menjadi Ratu Belanda pada 30 April 1980 menggantikan Putri Juliana. Dia berkuasa hingga 30 April 2013 sebelum akhirnya menyerahkan takhta kepada putranya sulungnya, Willem-Alexander.
Sebagai pewaris takhta kerajaan, kelahiran Ratu Beatrix kala itu sangat dinantikan oleh masyarakat Belanda. Secara kebetulan, warga Belanda di Salatiga kebanyakan tinggal di kawasan Toentangscheweg (sekarang Jl. Diponegoro).
Hal inilah yang kemudian membuat pemerintah gemeente mengizinkan pembangunan tugu yang tepat bersebelahan dengan Tugu Jam Tamansari itu.
Tewasnya Yos Sudarso, yang gugur dalam Pertempuran Laut Aru pada 15 Januari memicu kemarahan Front Pemuda Salatiga yang kemudian menghancurkan tugu legendaris tersebut. Saat kematiannya, Yos Sudarso menjabat sebagai wakil kepala staf TNI Angkatan Laut dan memimpin langsung aksi penyerangan ke Nugini Belanda. Dia kemudian dipromosikan menjadi Laksamana Madya secara anumerta.