GETASAN – Senin (17/3) pagi, suasana di lapangan SMPIT Izzatul Islam Getasan terasa berbeda. Ratusan siswa duduk rapi, menanti seorang tamu istimewa. Dia adalah Syekh Muhammed Ziyad Hassouna Al Hafizh, seorang pemuda berusia 22 tahun dari Gaza, Palestina. Dengan sorot mata yang teduh dan senyum yang menenangkan, ia datang membawa pesan damai dan harapan.
Dari tanah yang dipenuhi konflik, Syekh Muhammed Ziyad menempuh perjalanan panjang untuk berbagi ilmu dan semangat kepada generasi muda di Indonesia. Dalam tausiyahnya, ia bercerita tentang kehidupan di Gaza, tentang anak-anak seusia mereka yang tetap berjuang menghafal Al-Qur’an di tengah keterbatasan.
“Menghafal Al-Qur’an adalah cahaya dalam hidup kita. Tidak ada yang sulit jika kita bersungguh-sungguh,” ucapnya dengan penuh keyakinan.
Mata para siswa berbinar. Beberapa di antara mereka tampak termenung, seakan membayangkan kehidupan di Gaza yang jauh berbeda dengan keseharian mereka.
Acara semakin hangat ketika para siswa berlomba-lomba mendekat, ingin menyentuh tangan Syekh muda itu, ingin merasakan keberkahan dari sosok yang telah menghafal Al-Qur’an sejak kecil. Salah satu siswa, Alwan, tak bisa menyembunyikan kegembiraannya.
“Saya sangat senang bisa bertemu dengan Syekh dari Palestina. Semoga suatu hari saya juga bisa ke sana dan menjadi penghafal Al-Qur’an,” katanya penuh harap.
Tak hanya menyebarkan ilmu, kehadiran Syekh Muhammed Ziyad juga menggerakkan hati banyak orang untuk peduli. Yayasan Izzatul Islam Getasan menginisiasi penggalangan donasi untuk membantu saudara-saudara di Palestina. Dari tangan kecil para siswa hingga para guru dan orang tua, terkumpul Rp19.373.700, yang kemudian disalurkan melalui Lazis Al-Ihsan Jawa Tengah.
Ketua Yayasan Izzatul Islam Getasan, Insan Abdullah, mengungkapkan harapannya agar momen ini menjadi inspirasi bagi siswa.
“Di bulan Ramadhan ini, kita ingin menanamkan kepedulian sejak dini. Berbagi dengan mereka yang membutuhkan adalah bentuk kasih sayang yang diajarkan dalam Islam,” ujarnya.
Di akhir acara, Syekh Muhammed Ziyad melayani permintaan tanda tangan dan foto bersama. Di antara kerumunan, seorang siswa tampak memeluk mushaf kecilnya erat-erat. Mungkin, dalam hatinya, telah tumbuh sebuah tekad baru—untuk menjadi seorang hafizh seperti tamu istimewa yang baru saja ia temui.
Safari Dakwah ini bukan sekadar pertemuan singkat. Ia meninggalkan jejak di hati anak-anak, tentang semangat menghafal Al-Qur’an, tentang kepedulian, dan tentang persaudaraan yang melintasi batas negara.