Salatiga – Wali Kota Salatiga, dr. Robby Hernawan, Sp.O.G, akan membuat terobosan baru dengan mengubah ruang bagian depan rumah dinasnya menjadi museum sejarah. Langkah ini diambil sebagai bentuk pelestarian sejarah Salatiga, yang dikenal sebagai kota tertua kedua di Indonesia.
“Mengingat Salatiga sebagai kota tertua ke-2 se-Indonesia, maka ruang bagian depan dari rumah dinas ini akan saya jadikan museum. Tentunya museum yang berkaitan dengan Salatiga,” ujar Robby Hernawan, Sabtu (1/3/2025) lalu.
Museum ini bertujuan untuk memberikan edukasi sejarah kepada masyarakat, pelajar, serta tamu pemerintahan yang berkunjung. Selain itu, keberadaannya diharapkan dapat menjadi daya tarik wisata baru bagi kota Salatiga.
Sejarah Rumah Dinas Wali Kota Salatiga
Rumah dinas wali kota yang akan dijadikan museum ini merupakan bangunan bersejarah peninggalan Belanda. Berdiri sejak masa kolonial, bangunan ini mencerminkan arsitektur klasik Eropa yang khas dengan tiang-tiang kokoh dan jendela besar. Selama masa penjajahan, rumah ini digunakan sebagai tempat tinggal bagi pejabat tinggi Belanda. Setelah Indonesia merdeka, bangunan ini tetap difungsikan sebagai kediaman resmi bagi wali kota Salatiga.
Menariknya, rumah dinas ini juga memiliki kaitan dengan sejarah nasional. Di salah satu ruangan bagian depan sebelah timur, Ir. Soekarno, Sang Proklamator, pertama kali bertemu dengan Siti Suhartini (Hartini), wanita yang kelak menjadi istrinya. Fakta ini menambah nilai sejarah rumah dinas tersebut.
Museum dengan Teknologi Modern
Robby menjelaskan, museum ini tidak akan mengganggu aktivitas pemerintahan, karena masih tersedia ruang tengah dan belakang yang cukup luas untuk rapat serta menerima tamu. Sebaliknya, para tamu justru dapat sekalian mengenal sejarah Salatiga.
Untuk ruangan yang memiliki keterkaitan dengan Bung Karno, Robby berencana menambahkan teknologi modern seperti kecerdasan buatan (AI) untuk memperkaya pengalaman pengunjung.
Selain itu, wali kota juga akan menjalin komunikasi dengan Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, yang siap memberikan dukungan. “Beliaunya juga mengoleksi banyak keris, bisa berkontribusi untuk koleksi museum,” kata Robby.
Dengan langkah ini, diharapkan Salatiga semakin dikenal tidak hanya sebagai kota pendidikan dan budaya, tetapi juga sebagai kota yang menghargai dan melestarikan sejarahnya.